WONOREJO- Menjadi santri tidak berarti hanya mempelajari kitab klasik tentang keislaman saja. Menjadi santri berarti berproses menuju kehidupan yang diridhoi Allah SWT. melalui kajian-kajian keislaman ala pesantren serta mempraktekkannya dalam kehidupan sehari- hari. Menjadi santri juga berarti membuka diri terhadap perubahan, kemajuan ilmu pengetahuan dan lain sebagainya. Begitulah konsep santri yang dipahami oleh Ust. Sayyidi, S. Pd.I, MA.
Berpijak pada pemahamannya atas konsep santri, pria kelahiran Sukosari Lumajang 39 tahun lalu ini menakhodai SMK Syarifuddin dengan prinsip keterbukaan. Dengan prinsip tersebut SMK Syarifuddin dibawanya mampu berkembang pesat—kalau belum mau dikatakan maju—dalam kurun waktu 3,5 tahun(2013-2016).
Beberapa capaian SMK Syarifuddin di bawah kepemimpinan santri tulen ini antara lain ; kedua Program Keahlian (TKJ dan AK) berhasil mendapat nilai B dalam akreditasi tahun 2016, ujian masuk siswa baru menggunakan CBT(Computer Based Test), penambahan ruang kelas, pembangunan business center SMK Mini, diterapkannya Sistem Informasi Manajemen Kurikulum dan Administrasi(SIMKA), dan yang terbaru SMK Syarifuddin menjadi salah satu penyelenggara Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) 2017 di Lumajang.
Ditemui di ruang kerjanya(8/2/2017), santri tulen ini mengakui bahwa capaian-capain tersebut sebagai hasil kerja keras tim yang solid dan memiliki semangat perjuangan yang tinggi. “Alhamdulillaah, SMK Syarifuddin memiliki tim yang solid dan berdedikasi tinggi sehingga sekolah ini mampu berkembang pesat” ujarnya.
Dalam menjalankan roda kepemimpinan SMK Syarifuddin, bapak beranak dua ini menerapkan prinsip keterbukaan. “Dengan keterbukaan kami membangun sistem yang baik di sekolah ini, karena keterbukaan merupakan kunci kesuksesan” ujar pria yang punya slogan “Dedikasi Santri Tanpa Basa Basi” ini. (kaka)